sehari-hari Aktivitas masyarakatnya adalah Melaut, Bertani, Menjual ikan, memancing. tampak pemandangan indah kala para Nelayan sudah Tiba di bibir pantai membawa beribu harapan untuk menyambung hidup, Ma'gandeng adalah sebutan anak pesisir saat melihat pukat atau Jala di perahu katinting di atasnya menjadi penampakan unik yang menjadi salah satu kebahagiaan di Lingkungan .
Terkadang saya Ikut menghampiri, nyaris setiap akhir pekan. Menurut saya, itulah bagian kecil surga dunia. Suatu ketika, saya ke pinggir pantai melihat interaksi baik fisik maupun sosial terbangun. Sekiranya saya bertemu dengan Anak Nelayan, Rehan disebutnya. Bocah cilik yang terlihat sangat kuat mengarahkan perahunya ke tepian.
Melihat Rehan,Bajunya Basah rawut wajahnya nampak sangat bersemangat terbungkus keringat saya langsung membayangkan sebuah kota dengan segala perabotnya yang diklaim sangat indah dan layak dikunjungi.
penuh polusi udara, memelihara kriminal dan korupsi, kota yang mengerikan. Selain kota, di benak saya juga terbayang-bayang suatu bangunan kokoh dikenal mendidik, orang-orang menyebutnya kampus.
Tempat segala penat, derita, dan luka dibawa ke meja lalu dibicarakan baik-baik. Muda-mudi bertumpu harap mengenyam pendidikan yang disinyalir bisa mencerdaskan kehidupan bangsa, itulah kampus.
Entah pengaruh modernisasi, saya pun berada di salah satu bangunan yang dimaksud itu. Teman-teman sekampus dan bahkan saya sendiri jarang pulang kampung.
teman-teman yang tak pernah Melaut membantu orang tua? Atau mereka punya Punya tapi malas juga membantu orang tua? Atau Perahunya Tidak Layak Pakai?.
Perjalanan panjang sembari menikmati Indahnya Pantai di sepanjang pesisir pantai Majene dengan Warung Jepa dan Warung Kopi(Warkop). Mungkin Itu yang tidak bisa Saya Lupakan.
Warkop di sepanjang jalan di kota-kota selalu ramai dan didominasi para pemuda. Bila mereka anak pejabat, wajar-wajar saja, bila mereka anak nelayan sama halnya dengan saya.
Pikiran ini selalu negatif soal kehidupan. Apakah mereka tahu bagaimana cara menyalakan mesin katinting atau mendayung perahu? Tetapi Karena Kemajuan zaman merubah kehidupan, lingkungan mengintervensi pola pikir, dan mungkin kita telah terjerumus dalam satu kegilaan yang disebut gengsi.
Sering kali Memeras keringat orang tua hanya untuk tampil menawan. Gila bukan? Tapi itu faktanya. Membohongi orang tua, supaya dikasi uang jajan tuk teraktir pacar misalnya. Adalah tindakan konyol yang juga pernah saya lakukan berulang kali.
Ini adalah beberapa Kasus Yang sering Terjadi. Penampilan paling menarik ditunjukkan hanya karena ingin terlihat keren, bukan?.
Sampai akhirnya saya sadari kegilaan itu saat kuliah beberapa semester, tapi kesadaran muncul bukan karena saya kuliah, melainkan karena sering baca buku juga diskusi.
Kembali ke pembahasan tadi. Antara indahnya kehidupan kampung yang menghidupi dengan ganasnya kota menciptakan gengsi juga mengelabui. Kenapa? ??
Kau tak bisa mencintai dengan tenang, merindu dengan nyaman bila tidak menjumpai, dan dia tidak akan tertarik bila kau tak memiliki apa-apa, terutama uang.
Suasana kota memang menggiurkan, segala sesuatunya didapatkan dengan mudah kalau kita memiliki uang. sebagai anak nelayan biasa, kita mau dapat uang di mana kalau tak bekerja.
Belum lagi hegemoni kapitalisme yang semakin menjadi-jadi, dari pasar tradisional menjelma wujud jadi modern dan serba instan, dari Warkop yang dulunya sebagai tempat berdiskusi kini menjadi fashion. Membuat gengsi semakin menanjak.
Sebenarnya pemuda seperti saya yang lebih memilih nampak menawan di Warkop, daripada ke laut atau ke pantai membantu orang tua adalah suatu tindakan baik.
Terkadang saya sedih, pertama pada diriku sendiri lantaran kebiasaan membiarkan orang tua bekerja sendirian, sementara saya kebanyakan bersantai minum kopi di Warkop lalu memikirkan pacar.
Sebagai anak nelayan miskin dari Lingkungan yang menuntut ilmu di kota, harusnya kita sesekali pulang kampung. melaut bersama bapa', bersantai sembari juga memikirkan kemajuan kampung, bukan bergaya di kota hanya untuk menarik perhatian wanita agar mau dengannya.
Oleh Hndrik
0 komentar:
Posting Komentar