This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 30 Agustus 2022

Aku belajar dari setiap Sabda-Mu


Aku belajar dari setiap Sabda-Mu


Ketika aku berusaha menerjemahkan Bismillah dengan ketinggian cinta’, teringat bahwa dalam bahasa arab simbol untuk menyebutkan identitas diri ialah ‘ismun’, bermakna ‘ketinggian’. Tidak aneh rasanya jika langit yang tinggi itu disebut ‘samaa’. Dalam al-Qur’an menyebut ‘Asmaa A Kullaha‘, ini merupakan pesan jika yang Allah ajarkan kepada Nabi Adam adalah tentang ketinggian, hakikat, filosofis yang tenggelam dalam tubuh semesta. Kita memang tak sejalan dengan khalil Gibran yang mengatakan bahwa alasan terciptanya kita hanya untuk “Hidup,lahir, berlalu...”. Kita harus mensejarah, dan mengabdi pada “Tuhan, Alam, dan Manusia”

ternyata aku lupa bahwa aku belum juga tidur , padahal sudah menuju sepertiga malam. Aku tak henti berusaha menghayalkan sesuatu dan memohon ampun.

Tuhan yang maha besar memiliki kepintaran maha dahsyat, ilmu-nya tak terbatas . walau pohon jadi pena dan lautan jadi tinta, maka ilmunya tak pernah tergambarkan oleh apapun.”

Aku tak henti berkomat-kamit dan bercerita tentang harapan malam ini:

engkau telah menuliskan catatan hidupku, aku adalah hamba yang bodoh bukan bodoh tak bisa membaca ataupun nulis, tapi aku tak pernah merasa punya sesuatu yang banyak karena aku sadar dan yakin bahwa jasadku adalah milikmu ya Allah, bahwa qolbuku adalah milik Allah dan untuk-nya, bahwa ruhku milik allah dan untuk-nya, dan bahwa apa yang  kumiliki adalah milik Allah dan untuk-nya.”

 

Harapan ialah sarapan yang baik pada waktu pagi walau menjadi mimpi buruk dimalam hari.

 

           Hendrik

Mahasiwa dari kampus kehidupan

 

Mjn, 31/08/22

Jumat, 12 Agustus 2022

Angin di Wattu Timor



Angin di Wattu Timor

Desiran angin sore ini;

Berhembus pelan

Menerbangkan daun-daun

Membelah cahaya

 

suara;

Terbawa ombak

Berayun-ayun

Hanyut dalam kesunyian

 

Layangan putus;

Mengantarkan kerinduan

Meleyapkan keheningan

Menari-nari di udara

Makin kunikmati

 

Tarian itu bercerita

Melukiskan kata rindu

Mengamati kisah Wattu timor

Yang Masih teringat

 

Saccatteng Ule-ule’

Tambah gogos kambu

Ku nikmati

Ku syukuri

Alhamdulillah

Sannang nyawa.

 

Pesisir Labuang, 13 Agustus 2022

Kamis, 11 Agustus 2022

"Cerita Titipan dari Timba Mencari Sumur"

 

Cerita Titipan dari Timba Mencari Sumur


Betapa mahalnya ongkos pendidikan bagi sebuah negara miskin; tapi juga betapa omong kosongnya sistem itu untuk menghilangkan jurang kemiskinan tersebut.

-jagokata.

Setelah terbangun dari tidurku, teringat mimpi nikmatnya menjadi seorang mahasiswa.Kemudian aku berjalanan dari tempat tidur menuju meja yang berada di sudut kamar, mengambil ponsel sembari berharap dapat merasakan kabar baik. Selepas melihat ponsel aku termenung, sedih, dan kesal yang sesak, sebab Melihat kabar kurang baik dari pesan pertama yang masuk di ponselku, pesan itu berupa pdf pemberitahuan tentang “kebijakan Uang Kuliah Tunggal(UKT)”.

UKT atau Uang Kuliah Tunggal menjadi perbincangan hangat tahunan di lingkungan kampus, bagaimana tidak ini adalah peraturan pemerintah.

Setelah itu akupun kembali termenung dan berfikir untuk memulainya kembali. Selama hampir tiga tahun aku duduk di bangku perguruan tinggi, aku hanya memegang identitas sebagai seorang mahasiswa. Tetapi, tidak menjadi mahasiswa yang sebenarnya.

Subuh pun berlalu, aku mulai bergegas menuju kampus, aku melihat mahasiswa-mahasiswa lainnya. Ada yang tersenyum ada pun yang termenung. Ternyata yang tersenyum itu, adalah adik-adik yang baru mendaftar untuk masuk perguruan tinggi.

Akhirnya aku pun sampai di fakultas yang sudah hampir tiga tahun aku menimba ilmu di situ. Tapi entahlah, aku merasa saat aku menimba, air dalam sumur itu begitu kumuh dan berlumut, talinya sudah mau putus, dan embernya pun sudah bayak bocor.

Aku melihat ruang diskusi di sudut fakultas, aku pun mencoba menelaah isi pembahasan di lingkaran itu, dalam diskusi ini apa yang menjadi bahan perbincangan? Tiba-tiba seorang mahasiswa menjawab, ini soal surat keputusan Uang Kuliah Tunggal (UKT), aku pun bingung dan berfikir, bagaimana dengan mereka mahasiswa baru yang begitu semangat masuk di perguruan tinggi tapi terhalang dari besaran uang kuliah mereka? Bagaimana dengan mereka yang sudah menuju semester selanjutnya melihat besaran UKT-nya yang tidak sesuai dengan kondisi ekonomi? Dan apakah mahasiswa akhir masih dituntut untuk membayar full ukt pada tahun ini?. Jawaban nya jelas bahwa perlu ada evaluasi golongan UKT mahasiswa (dalam hal ini sesuaikan dengan kondisi ekonomi).

 

Setelah itu hatiku kembali bersedih dan mulai lagi melangkah menuju rumah, tenaga demi tangga aku lalui, wajah-wajah mahasiswa lama dan mahasiswa baru terlihat olehku. Banyaknya mahasiswa termenung.

 

Hati dan pikiran pun kembali bergejolak, darah mulai mengalir sangat deras, jantung pun berdetak sangat kencang, namun itu bukanlah gerakan kasih sayang dari pecinta, tapi itu adalah rasa keresahan yang begitu resah dan amarah yang begitu dalam. Kenapa menjadi seorang mahasiswa harus bergantung pada besaran itu, bukankah Mahasiswa sebagai representasi dari Hati dan Jiwa masyarakat sebagaimana dikatakan Moh. Hatta dan seharusnya menjadi tanggung jawab moral lembaga pendidikan tinggi khususnya untuk mencetak generasi bangsa melalui Ilmu Pengetahuan yang ada dan memiliki jiwa besar untuk memperjuangkan hak-hak kaum lemah, saat ini justru ditelan dan diberhanguskan oleh kampus.

 

Presiden dapat kalian lengserkan dan turunkan, tapi mengapa orang-orang itu malah kalian diamkan. Apakah demi sebuah kertas yang bertuliskan nilai sehingga merelakan identitasmu sebagai mahasiswa?

Sungguh ironis dengan negara bergelimang kekayaan alam, minyak batu bara, emas, hutan, laut, serta beragam kekayaan lainnya. berjuanglah dan berikan mimpi indah kepada mereka generasi selanjutnya.

 

"Bermimpilah setinggi langit. Jika kamu jatuh, kamu akan jatuh di antara bintang-bintang." -Bung Karno.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More