Essay
Quo Vadis Majene Sebagai Kota Pendidikan: Antara Harapan dan Kenyataan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam segala aspek
kehidupan manusia. Pendidikan dapat membantu manusia baik lahir maupun batin
menuju peradaban yang lebih baik. Ki Hajar Dewantara adalah Bapak pendidikan
nasional Indonesia dan Beliau juga pelopor terbentuknya Sistem pendidikan di
Indonesia. Tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara untuk Memerdekakan manusia.
Memerdekakan satu manusia adalah langkah awal untuk mewujudkan dunia yang lebih
baik. Majene merupakan pusat pelayanan pendidikan di Provinsi Sulawesi Barat
dengan harapan akan menjadi contoh bagi kabupaten-kabupaten lain yang ada di
Sulbar. Namun, nyatanya kabupaten Majene masih harus berbenah lagi sebab masih
banyak fenomena masalah mengenai pendidikan di kabupaten Majene.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan upaya secara sadar untuk membantu jiwa manusia
baik lahir maupun batin, dari sifat koadratnya menuju kearah peradaban yang
manusiawi dan lebih baik. Pendidikan merupakan hal yang hadir dari sejarah
manusia, semenjak manusia lahir pendidikan sudah menunjukan keberadaanya karena
pendidikan tidak lain adalah proses interaksi individu dengan subjek lain
seperti manusia, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Pendidikan merupakan
proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir, sehingga dapat menghasilkan
kualitas yang ditujukan pada sosok manusia masa depan, dan berakar pada
nilai-nilai budaya bangsa.
Ketika membicarakan pendidikan di Indonesia, tidak lengkap kalo
tidak membahas tentang bapak pendidikan nasional yaitu Ki Hajar Dewantara. Ki
Hajar Dewantara merupakan pelopor terbentuknya sistem pendidikan di Indonesia.
Ketika Indonesia masih dalam kekuasaan pemerintahan Belanda, Beliau mendirikan
sebuah lembaga pendidikan dinamakan Perguruan Taman Siswa pada tanggal 3 juli
1922. Dengan harapan bangsa Indonesia dapat merdeka secara lahir dan batin.
Tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menjadikan manusia sebagai
manusia yang merdeka baik secara fisik, mental, dan kerohanian. Selamat raganya
bahagia jiwanya. Dimana pendidikan menghasilkan manusia yang Selamat dan
bahagia. Ada tiga semboyan Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu: Ing ngarso
sung tulodo, Ing madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani. Ing ngarso sung
tulodo memiliki arti di depan memberikan teladan, bahwa guru harus dapat
memberikan contoh yang baik di berbagai macam hal. Ing madya mangun karsa
artinya di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa Semboyan ini memberikan
sebuah batasan-batasan seorang guru agar tidak menganggap siswa sebagai mahluk
rendah dibawah gurunya. Tut Wuri Handayani semboyan yang sangat sering kita
dengar artinya yaitu Di belakang memberikan dorongan, memiliki makna bahwa guru
harus mampu senantiasa memberikan semangat dan motivasi positif untuk seluruh
anak didiknya.
Pendidikan merupakan hal yang amat penting bagi manusia dalam
segalah aspek kehidupannya. Pendidikan memberi pengaruh yang amat besar bagi
manusia agar mampu bertahan hidup dengan membangun interaksi yang baik dengan
sesamanya sehingga kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan mudah. Bahkan Pendidikan
sangat penting pengaruhnya bagi bangsa dan Negara, jika generasi muda bangsa
diberikan pendidikan yang baik sejak usia dini diharapkan mereka mampu
memperoleh nilai-nilai yang ada dalam
pendidikan serta, dapat diterapakan dengan mudah di usia dewasa. Guru juga
mempunyai peranan penting dalam memberikan nilai-nilai yang terkandung dalam
pendidikan.
Di Indonesia sendiri fungsi dan
tujuan pendidikan diatur di dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional. Didalam Undang-undang tersebut memuat segalah hal
yang bersangkutan mengenai pelaksanaan pendidikan nasional di Indonesia yang
meliputi dari Pengertian Pendidikan, fungsi dan tujuan pendidikan, jenis-jenis
pendidikan, jengjang pendidikan, standar pendidikan, dan lain sebagainya.
Dengan demikian harapan dan arah pendidikan di Indonesia sudah ditentukan dengan
sedemikian rupa. Jadi, semua elemen
masyarakat baik itu Pemerintah Pusat, Provinsi, bahkan Daerah harus
memperhatikan dan bertanggung jawab atas pendidikan demi keberlangsungan bangsa Indonesia.
Berdasarkan peraturan Daerah
Provinsi Sulawesi Barat No. 1 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Majene ditetapkan sebagai pusat pendidikan
di Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Majene sebagai pusat pengembanga ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diharapkan mampu mengembangkan kompetensi dan sumber
daya manusia unggul dan mampu mengembangkan Kampus-kampus perguruan tinggi,
SMA, SMP dan SD di Majene yang unggul disemua kabupaten se-Provinsi Sulawesi Barat.
Pendidikan di Kabupaten Majene sangat berperan penting dalam pembangunan
Kabupaten Majene begitu pula dengan Provinsi Sulawesi Barat kedepanya. Melalui
pendidikan masyarakat melakukan Transpormasi budaya, menciptakan tenaga kerja,
menciptakan alat control sosial, tenaga-tenaga ahli di bidang ekonomi dan lain sebagainya.
Dengan demikian perkembangan masyarakat dapat berjalan secara bekelanjutaa. Quo
vadis (Mau kemana) Majene sebagai kota pendidikan? Bagaiman harapan para
pejuaan pembentukan Prov. Sulbar tentang Majene sebagai kota pendidikan dan
kenyataan yang terjadi di lapangan?.
Pembahasan
Secara historisnya Kabupaten Majene
dikenal sebagai ibukota Mandar (tua). Untuk selanjutnya disebut sebagai kota
tua. Dibanding kota-kota lain di Provinsi Sulawesi Barat, Majene lah yang
paling banyak memiliki situs atau peninggalan bersejarah sebagai kota tua.
Di Majene banyak peninggalan sejarah
seperti bangunan-bangunan bersejarah atau jejak peninggalan oleh pihak Belanda
yang menjadikan Majene sebagai Ibukota Pemerintahan modern Belanda waktu itu.
Selain sebagai ibukota pemerintahan Belanda, Kabupaten Majene juga disebut Kota Pendidikan
sebab dulunya pusat pendidikan Afdeling
Mandar adalah Majene. Mungking Inilah salah satu cikal bakal kebijakan pemerintah Provinsi Sulawesi Barat
memilih Majene sebagai pusat pelayanan pendidikan atau biasa di sebut kota
pendidkan. Pemerintah Kab. Majene harus mampu membuktikan bahwanya kita memang
lebih unggul di bidang pendidikan dari pada kabupaten lain yang ada di Prov.
Sulbar.
Majene sebagai Kota pendidikan
merupakan harapan atau impian yang dapat kita wujudkan di masa depan. Dimana
telah hadir universita negeri dan swasta di wilaya Majene untuk menopan
terwujudnya cita-cita sebagai kota pendidikan. Pembanguna insfrastruktur pelayanan
pendidikan seperti sekolah juga mulai di lengkapin fasilitasnya. Bahkan parah
relawan literasi ikut memberikan sumbangsinya untuk mewujudkan cita-cita sebgai
kota pendidikan. Budaya membaca buku harus kita mulai kepada anak-anak yang ada di Majene agar
kegiatan membaca menjadi kebiasan sejak dini dan akan menjadi sebuah kultur di
Majene. APBD (Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah) ikut dialokasikan untuk
pendidikan. Sesuai dengan amanat konsitusi UUD 1945 pasal 31 ayat 4
mengamanatkan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN ( Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah). Hal ini dapat memberikan dampak besar terhadap peningkatan kualitas
SDM dan mewujudkan cita-cita Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Harapan kita bersama, Majene sebagai
kota pendidikan bisa terwujud dengan peran penting masyarakat dan pemerintah.
Apa kabar Majene sekarang? apakah kita sudah dapat bengembira karena sudah
menyandang sebagai pusat pelayanan pendidikan. Justru kita harus lebih berkerja
keras lagi karena kenyataannya kita masih sangat jauh dari yang namanya Pusat
pelayanan pendidikan. Menurut data BPS dan BKKBN angka putus sekolah di
Kabupaten Majene mencapai 1.885 jiwa dan menempati posisi ke-3 di Provinsi
Sulbar. Hal ini cukup memprihatingkan mengingat Kab. Majene sendiri adalah
pusat pelayanan pendidikan di Provinsi Sulawesi Barat. Kenyataanya kita masih
sangat jauh dari kata ideal kota pendidikan. Sebab masih banyak anak-anak yang
tidak dapat mengakses pendidikan di kabupaten majene terutama daerah pelosok.
Pemerintah dan Masyarakat belum menjadikan pendidikan sebagai
Prioritas utama, hal ini disebabkan oleh kondisi perekonomian, Paradigma
berfikir, pelayanan, sarana dan prasarana tidak memadahi, dan akses pendidikan
belum merata ke pelosok desa di kabupaten Majene. Ini sebuah kenyataan yang
terjadi bahwasanya Kabupaten Majene masih jauh dari harapan dan cita-cita
sebagai kota pendidikan. Jelas ini merupakan sebuah kemunduran bagi Kab. Majene
itu sendiri karena sejak pemerintah Belanda masih di Majene kita sudah
menyandang sebagai kota pendidikan yang seharusnya ini bukanlah hal yang harus
terjadi di kota pendidikan Majene sekarang.
Angka putus sekolah di Kab. Majene itu masih sangat tinggi, kita
dapat merujuk bagaiman angka putus sekolah di daerah lain yang ada di Indonesia
seperti daerah istimewa Yogyakarta yang merupakan salah satu kota pendidikan di
Indonesia. Menurut data Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikspora) DIY
Tren pelajar putus sekolah dalam rentang 2020-2021 pada jenjang SMA/SMK
mencapai 467 kasus. Dimana di tahun 2020 sebanyak 102 kasus dan di tahun 2021
meningkat 3 kali lipat sebanyak 365 kasus. Kalo kita lihat dari segi kepadatan
penduduk Kab. Majene memiliki penduduk sebanyak 173.844 jiwa sedangkan
Yogyakarta Mencapai 422.732. Penduduk di DIY masih lebih banyak 3 kali lipat
dari Kab. Majene. Itulah mengapa angka putus sekolah di Majene Masih Sangat lah
tinggi mengingat Majene adalah Pusat Pelayanan Pendidikan. Di Majene salah satu
faktor yang mempengaruh angka putus sekolah yang tinggi yaitu perekonomian dan
paradigma berfikir masyarakat. Dimana karena perekonomian keluarga yang kurang
mampu menjadi alasan untuk anak-anak yang masih di usia untuk mendapatkan
pendidikan terpaksa harus bekerja. Pemberian Edukasi tentang pentingnya
menuntut ilmu di Majene masih sangat kurang. Sehingga Pelajar tidak berfikir
dua kali untuk langsung berhenti sekolah dan langsung terjun ke dunia kerja. Karena
masalah pendidikan juga bukan selalu menyangkut soal biaya pendidikan, dukungan
masyarakat juga perlu ditingkatkan untuk mendorong keinginan untuk bersekolah
dan menuntun ilmu .
Akses Pelayanan pendidikan yang tidak merata merupakan salah satu
masalah yang harus di perhatikan oleh pemerintah Majene. Sebab di pelosok desa
Kab. Majene masih banyak daerah yang tidak dapat mengakses pendidikan seperti
yang ada di perkotaan. Contoh kurangnya tenaga pendidik di pelosok, sarana dan
prasarana yang kurang, akses jalanan yang kurang, dan kualitas tenaga pendidik
di pelosok Majene yang kurang. Banyak faktor yang menyebabkan seperti yang
paling memiluhkan adalah jumlah guru yang justru menumpuk di wilayah perkotaan.
Seharusnya tenaga pendidik atau guru di Majene siap untuk di tugaskan ke daerah
pelosok karena ini merupakan tugas guru untuk mendidik generasi muda bangsa.
Peran guru disini sangat di butuhkan di pelosok desa selain mengajar di kelas
meraka juga diharapkan mampu membantu pemerintah dalam memberikan edukasi ke
masyarakat tentang pentingnya pendidikan sehingga cara berfikir masyarakat
sedikit demi sedikit dapat kita ubah.
Bagaiman pemerintah menangani hal
tersebut. Pemerintah Kab. Majene harus segera berbenah untuk mengatasi angka
putus sekolah yang tinggi dan pelayana
pendidikan yang belum merata ke pelosok desa. Bukan hanya Kondisi
perekonomian dan akses pendidikan yang tidak merata yang menjadi masalah di
Majene. Namun, kualitas guru yang masih sangat kurang terutama di bagian
pelosok desa dan paradigma berfikir masyarakat perlu kita ubah. Mengenai akses
pelayanan pendidikan yang tidak merata di kabupaten Majene sebenarnya sudah ada
yang mengatur untuk mendata anak-anak yang putus sekolah di kabupaten Majene,
yang di atur dalam Perda no 2 tahun 2014 tentang pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan. Di dalam perda tersebut dituliskan mengenai
pembuatan posko pendidikan di setiap kelurahan/desa yang ada di Kab.
Majene. Tugas dari posko pendidikan ini yaitu untuk melacak atau mendata
anak-anak yang putus sekolah dan mencarikan solusi bagi meraka untuk dapat
melanjutkan pendidikanya. Posko pendidikan juga harus memberikan edukasi ke
masyarakat tentang pentingnya bersekolah terutama pada anak-anak yang masih di
bangku sekolah. Namun, implementasi dari pemerintah Kab. Majene sampai sekarang
masih belum ada.
Kita ditampar dengan sebuah relitas yang terjadi, harapan para
pendahuluh kita masih belum bisa kita upayakan dan wujudkan. Bagaiman
pemerintah menangani hal tersebut. Segalah kebijakan dibuat oleh pemerintah
untuk mengatasi hal tersebut contoh beasiswa daerah. Hal ini dilakukan agar
dapat membantu masyarakat yang kurang mampu dalam segi ekonomi. Posko
pendidikan juga hadir sangat ideal namun, langka dan implementasi pemerintah
tidak ada. Pola penanganan pendidikan di Majene serba kaku dan berbau proyek.
Pemerintah Kab. Majene saat ini belum menjadikan pendidikan sebagai proritas
utama.
Kesimpulan
Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara yaitu mengarahkan pendidikan
dalam empat dimensi yaitu tujuan jasmani, akal, rohani dan sosial. Guru juga
dintuntut harus mampu mencapai tujuan pendidikan dan mampu menerapkan trilogi
pendidikan yaitu: Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karsa, dan Tut wuri
handayani. Mereka diharapkan menjadi ujun tombak dalam mewujudkan pendidikan
yang baik dengan menjadi teladan yang baik, memberikan motivasi dan semangat
dalam belajar,dan dapat mendorong potensi-potensi yang ada dalam diri peserta
didik. Jika ini dapat kita terapkan dalam pendidikan di Majene ini dapat
menjadi senjata kita dalam mewujudkan Majene sebagai kota pendidikan.
Masih banyak yang harus dilakukan
pemerintah dan masyarakat Majene dalam mewujudkan Majene sebagai kota
pendidikan. Pendidikan di Majene ini telah mengalami berbagai macam
permasalahan. Terbukti dari banyaknya fenomena yang terjadi belakangan ini
dalam konteks pendidikan. Menandakan pendidikan di Majene sekarang sedang
melalui masalah krisis. Pemerintah harus menjadikan pendidikan menjadi proritas
utama dan terus berupaya mewujudkan majene sebagai kota pendidikan dan mampu
menciptakan Sumber daya manusia yang baik dan unggul.
Pemerintah harus serius dalam mewujudkan majene sebagai kota pendidikan yang mampu menjadi rujukan yang baik bagi kabupaten-kabupaten lain yang ada di Sulbar. Bukan hanya pemerintah tapi masyarakat, pemuda, relawan, mahasiswa dan lain-lain juga mempunyai peran penting. Masyarakat harus mulai sadar akan pentingnya pendidikan. Mahasiswa harus terus mengawal kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan mampu memberikan ide dan solusi yang akan mampu mewujudkan majene sebagai kota pendidikan. Pemerintah dan semua elemen masyarakat harus mampu mengembalikan marwa dan mengangkat eksistensi Majene sebagai kota pendidikan yang ada di Sulbar.
Daftar Pustaka
Alimuddin, M. R., &
Mursidin. (2020). Majene Kota Tua: Pelestarian dan Potensi kepariwisataan.
Polewali: Teluk Mandar Kreatif.
Febriyanti, N. (2021).
Implementasi Konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 1631-1638.
Kurnia, A. M., Fawaid, I., Zulaicho, D., &
Faidzullah, I. Z. (2021). Rekontruksi Makna Semboyan Ki Hajar Dewantara dalam
Praktik Pendidikan Islam. El- Banat Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam,
37-51.
Marwah, S. S., Syafe'i, M., & Sumarna, E.
(2018). Relevansi Konsep Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara dengan
Pendidikan Islam. Indonesian Journal of Islamic Education, 14-26.
Minsih, & Galih D, A. (2018). Peran Guru Dalam
Pengelolaan Kelas. Profesi Pendidikan Dasar, 20-27.
Sujana, I. C. (2019). Fungsi dan Tujuan Pendidikan
Indonesia. ADI WIDYA: Jurnal Pendidikan Dasar, 29-39.
Kabupaten Majene.2014. Peraturan Daerah kabupaten
Majene Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
Pemerintah Kabupaten Majene: Majene
https://sulbar.tribunnews.com/amp/2022/05/17/angka-anak-putus-sekolah-di-sulbar-meningkat-2022-capai-12611-siswa-polman-tertinggi
https://persmaporos.com/ratusan-pelajar-putus-sekolah-lantaran-kenaikan-pengeluaran-di-kota-pelajar/
-Uba